Senin, 12 April 2010

Pemimpin Muda

H Patricie Rio Capella
(Wakil Sekjen DPP Partai Amanat Nasional)

Pada 2010 ini dijadwalkan sekitar 246 kabupaten/kota se-Indonesia akan melaksanakan pemilihan kepala daerah (pilkada). Hangatnya suasana politik daerah menjelang pilkada menggugah kaum muda daerah untuk berpartisipasi mengawal kehidupan demokrasi politik di daerah. Partisipasi anak muda daerah tak sekadar terlibat dalam hal urusan teknis pilkada semata. Tetapi, banyak di antara kaum muda daerah maju menjadi calon pemimpin di daerahnya masing-masing.

Fenomena ini menarik karena masih banyak terdapat kaum muda yang skeptis dan beranggapan bahwa hangatnya kehidupan politik daerah menjelang pilkada berarti politisi muda akan menuai janji-janji meraih suara supaya mereka terpilih. Bahkan, sebagian dari mereka yang skeptis mengalami kesadaran yang tak autentik dalam melihat persoalan di daerahnya.

Bagi kaum muda daerah yang skeptis terhadap kehidupan politik di daerah disebabkan terbengkalainya aspirasi mereka, sehingga pengangguran di daerah masih menggurita dengan angkanya yang makin bertambah.

Maka, di sinilah letak penting dari calon pemimpin muda daerah untuk mengatasi persoalan pengangguran pemuda daerah dan kesejahteraan rakyat di daerah. Jangan sampai masyarakat di daerah menganggap politisi muda seperti pembujuk yang cuma mementingkan diri sendiri dan golongannya.

Pembelajaran
Ada adagium yang menarik mengatakan bahwa untuk melihat masa depan dari suatu negara, lihatlah kaum mudanya. Dalam catatan sejarah, yang fenomenal adalah negeri ini digerakkan oleh kaum muda. Dan, kaum muda itu sebelumnya adalah tokoh muda dari daerahnya masing-masing yang berjuang melawan penjajah sehingga menjadikan negeri ini merdeka.

Berkaca dari sejarah, Bung Sjahrir, Bung Karno, dan Bung Hatta adalah kaum muda yang mewakili zaman emas Keindonesiaan. Keberhasilan mewujudkan Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, pergolakan politik 1966, hingga reformasi 1998, merupakan fakta yang menunjukkan bahwa aktor utama di balik peristiwa Nasional itu adalah kaum muda. Oleh karena itu, belajar dari sejarah, kaum muda hendaknya tidak terjebak pada pragmatisme yang berlebihan dan abai terhadap persoalan kedaerahan.

Jika diamati, peran kaum muda dalam arena percaturan politik makin meningkat. Terutama, dalam suatu negara yang sedang berkembang. Mereka dihadapkan pada perjuangan membela keadilan dan kebenaran serta perjuangan menegakkan demokrasi. Akan tetapi, kekuasaan yang direbut politisi muda hendaknya tidak menciptakan kejenuhan generasi berikutnya akibat ketiadaan ruang bagi ekpresi politik bagi generasi selanjutnya.

Akal kolektif kaum muda diarahkan pada perjuangan untuk melakukan perubahan menuju taraf hidup yang lebih baik. Dan, melakukan perubahan mendasar dalam taraf ekonomi dan kesadaran politik rakyat, khususnya di daerah. Perjuangan kaum muda daerah yang kini mencoba membuat garis politiknya sendiri merupakan suara harapan bangsa. Calon-calon pemimpin di masa yang akan datang berhasrat mengamalkan perbuatan mereka yang positif dan konstruktif juga nyata untuk memenuhi panggilan amanat penderitaan takyat.

Transformasi gerakan kaum muda daerah mesti diawali dari hasrat untuk melakukan perubahan yang sangat mendasar. Seperti cita-cita perjalanan sejarah kaum muda dalam nation-formation Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Perubahan mendasar yang diharapkan menjurus pada kemajuan sektor politik dan ekonomi.

Beragam pilihan-pilihan politik yang ada, kaum muda tumbuh bersama kerasnya zaman, tertempa dalam ruang-ruang fisik-politik yang dialektis. Namun, perjuangan mereka dihadapkan dengan kecurigaan-kecurigaan bahwa mereka sekadar mencari kekuasaan semata. Untuk menampik kecurigaan itu, perlu pembuktian yang nyata. Kaum muda perlu melakukan transformasi dengan lebih jelas arah tujuan dan lebih merakyat dalam gerakan.

Kaum muda adalah hati nurani bangsa yang berani menyuarakan kegelisahan rakyat. Sudah bukan saatnya lagi rakyat biasa menerima nasib dengan diam.

Sebagian kaum muda yang masih memiliki hati nurani dan idealis, masih mau bersusah payah terus berjuang menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan untuk rakyat. Yang menindas rakyat miskin, berarti melukai hati nurani bangsa.

Zaman terus bergerak, kaum muda tak lagi hidup dalam suatu isolemen. Bangsa ini masih terlihat gejala seolah-olah kita masih hidup dalam dunia impian kita sendiri. Kadang-kadang terbaca atau terdengar ucapan-ucapan yang meneropong dunia luar lewat sebuah lensa yang sudah usang, sehingga bayangan kita mengenai dunia luar itu tidak serasi dengan kenyataan, hanya serasi dengan impian kita sendiri.

Pilkada merupakan tolok ukur sejauh mana sebagai sebuah bangsa yang merdeka, kaum muda daerah mampu menunjukkan prestasinya dalam berjuang membela keadilan dan menegakkan demokrasi. Dan, sebagai harapan bangsa, kaum muda mesti mengamalkan perbuatan yang positif dan konstruktif untuk memenuhi panggilan penderitaan rakyat.

Iklim politik di daerah yang melalaikan hak-hak kaum muda daerah untuk berpartisipasi dalam pilkada segera dibenah. Kesadaran politisi muda untuk menuntut peran mereka dalam proses penyelenggaraan pemerintahan daerah semestinya direspons dengan sebaik-baiknya.

Semoga kepemimpinan kaum muda daerah terbukti adanya dalam semangat memperjuangkan kehidupan rakyat di daerah. Kepemimpinan politik daerah adalah melanjutkan kewajiban dalam membangun dan menerangi masyarakat hingga mampu memproduksi pribadi tangguh, kritis, dan punya keadilan sosial yang tinggi.
(-)Index Koran Republika. 30 Maret 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar